Senin, 14 Juni 2010

History of My Clan (Tarikh Keluargaku)

Sejak kecil saya tidak pernah tahu dari golongan atau mazhab mana tapi yang pasti saya cukup mengetahui bahwa saya lahir di lingkungan yang cukup agamis, di desa Canga’an Lor sebuah dusun yang indah permai di wilayah pelosok Kabupaten Madiun. Berbagai ritual keagamaan seperti yasinan, tahlilan dan lain-lain (yang biasanya dianggap ritual khas Nahdliyin) akrab saya jumpai selama tinggal di daerah ini. Banyak hal menarik yang masih membekas di benak saya selama enam (6) tahun di Canga’an Lor, kebiasaan berenang di sungai dari anak-anak desa (saya Cuma menonton), pelajaran mengaji rutin setiap sore di masjid di pinggir sungai yang langsung dihandle kakek luar saya dan putra-putranya, dan yang tidak bisa dilupakan jalan-jalan pagi sehabis subuh bersama para sepupu dan sahabat dekat menyusuri pinggiran desa sambil berburu buah-buahan. Sayangnya semua hal yang menarik ini harus ditinggalkan karena sekitar tahun 1991 saya bersama kakak perempuan kedua dan adik perempuan yang masih balita, mengikuti Ibu pindah ke rumah ‘keprabon’ (istilah jawa untuk rumah keluarga batih/besar) nenek di Ponorogo. Ternyata selama di kota ini saya mengalami semacam shock culture yang efeknya tetap berlanjut hingga dewasa, dalam pergaulanpun saya hanya memiliki satu atau dua saja teman akrab, karenanya saya lebih dikenal sebagai anak yang pendiam dan pemalu. Tidak sebagaimana anak-anak lain yang sudah mulai belajar sepeda sejak kecil atau hobi bermain bola sepak, saya justeru lebih suka dirumah dan membaca buku diantaranya tarikh Islam, Sejarah Umat Islam karangan HAMKA dan buku-buku karangan SH. Mintardja seperti; Api di Bukit Menoreh, Bunga di Atas Batu Karang, Panasnya Bunga Mekar dan lain-lain (kebanyakan bertemakan kepahlawanan bersetting zaman Singhasari hingga era colonial VOC) yang dikemudian hari turut membentuk karakter saya. Dan selama sekolah di SD Muhammadiyah di kota REOG saya adalah murid yang paling ‘istimewa’ dikarenakan menjadi satu-satunya siswa yang bercelana panjang, sementara siswa kebanyakan bercelana pendek. Hal ini bukannya tanpa sebab saya mengalami musibah tersiram air panas (dari leher hingga ujung kaki) ketika usia tiga tahun dan bekasnya tidak bisa hilang hingga sekarang, so tidak ada jalan lain untuk menutupi bekas luka bakar di kaki selain dengan memakai celana panjang, meskipun tidak ada dampak berarti karena setiap hari mendapat banyak cemoohan akibat penampilan yang dianggap melanggar ‘adat’ yaitu bercelana panjang (sialnya ketika saya sudah di bangku Aliyah/SMA, SD Muhammadiyah justeru mewajibkan siswa putera bercelana panjang…hehhh kenapa ga’ dari dulu siiiiiiihhh!). Tabiat dan karakter saya tidak banyak berubah hingga ke bangku Aliyah, tetap lebih suka membaca buku (terutama novel, dan ensiklopedi Islam/dunia) dibandingkan maen kerumah teman atau berpacaran (bagi saya ketika itu ga’ penting n buang-buang waktu dan tenaga).
Tapi ada semacam perkembangan psikologis yang menarik sewaktu saya memasuki kelas 2 Aliyah, ketika itu saya mulai mengenal pemikiran2 Sayyid Quthb, Hassan al-Banna dan Cak Nur (nurcholis madjid) di bidang ideology dan Kahlil Gibran (saya sempat mengkhatamkan ‘Sayap-sayap Patah’nya) di bidang puisi dan sastra. Bahkan pernah suatu ketika saya marah dan merobek tanggal 17 agustus dari kalender (setiap kali ingat sekarang saya juga heran), karena menganggap negeri Indonesia ini tak lebih dari representasi toghut yang kafir. Kebingungan akan basis ideologi yang dianut keluarga turut mempengaruhi hal itu pula, sebab saya juga sempat bingung akan status ideologi masuk Nahdliyin atau yang lainnya. Belakangan saya baru tahu lewat info dari kakak perempuan yang pertama bahwa sebenarnya kami ini hasil persilangan dari dua ideologi, keluarga dari pihak bapak di madiun adalah Muhammadiyah tetapi berada dilingkungan Nahdliyin, sedangkan keluarga Ibu di Ponorogo adalah sebaliknya Nahdliyin tetapi berada dilingkungan Muhammadiyah.

Road to UNEJ (juli 2004&juli 2005)
Sejak di kelas 3 Aliyah aku sudah memiliki rencana kuliah di Jember karena disana ada kakak perempuan yang pertama, dan telah lulus kuliah dari Bhs. Inggris FKIP UNEJ tahun 2001. Waktu itu aku belum memiliki bayangan hendak kuliah di UNEJ di jurusan apa? Tapi kurang lebih 2minggu menjelang SPMB 2004 aku sudah memutuskan mengambil HI debagai jurusan yang kupilih. Belajar siang malam kulakukan dengan dibimbing kakak perempuanku sendiri, cos aku juga sudah tiba di Jember jauh2 hari sebelumnya (hamper bersamaan saat kuputuskan HI sebagai jurusan yang kupilih). Saat hari-H pun tiba dengan agak grogi aku berusaha sebaik mungkin di ujian SPMB yang berlangsung di Fakultas FISIP (awal juli 2004), hari pertama aku hamper kesulitan di menjawab soal2. Kemudian di hari kedua aku cukup berhasil mengurangi ketegangan dan kupun berharap hasil keseluruhan akan positif, namun kenyataannya lain di hari pengumuman kelulusan SPMB (Agustus 2004) namaku tidak tercantum. Namun dihatiku masih menyimpan harapan “Masih ada mentari di hari esok”.
Selama setahun lebih aku menganggur dirumah tapi tidak terlalu menganggur karena kekosongan kegiatan aku isi dengan beternak unggas (sebenarnya ini paksaan dari bapak), dan selain itu aku juga menulisi buku harian untuk menghilangkan jenuh. Kegiatan lain untuk mengusir kejenuhan adalah berkunjung kerumah paman di Canga’an Lor, Madiun kampong halamanku, tidak pasti aku kesana terkadang sebulan sekali hingga tiga bulan sekali. Atau terkadang aku mengisi kejenuhan dengan lari2 pagi mengitari Stadion BK (Batoro katong) Ponorogo (tapi hanya berjalan dua minggu) lalu akhirnya bosan. Pernah aku mengalami nasib agak sial dalam beternak, anak2 ayam satu kandang mati semua akibatnya bapak memarahiku habis-an, sampai sekarang aku masih ragu apa penyebabnya (antara H5N1 atau Human Error). Di dunia sport pun aku mengalami goncangan hebat (mungkin seluruh pecinta bola tanah air juga merasakannya) di saat Timnas Merah-putih berpeluang merebut AFF Cup u/pertama kalinya, di first leg partai final di kandang sendiri justeru di babat Timnas “Negeri Singa” Singapore dengan skor cukup telak 3-1 diiringi kemarahan puluhan ribu penonton yang menyaksikan pertandingan tersebut di gelora Bung Karno (7-01-05).
Tetapi memang nampaknya; “Tuhan Selalu Mengabulkan Keinginan Makhluknya Meskipun Kelihatannya Terlambat”. Hal itulah yang mungkin terjadi pada diriku pasca kegagalan menembus SPMB 2004, karena ternyata dengan ‘keberhasilan yang tertunda itu’ aku bisa mempersiapkan diri lebih matang untuk kemudian bisa menaklukan SPMB ’05 dan masuk HI Unej. Setelah setahun lebih berharap bisa masuk ke Jurusan ini.

Back to The Past (Ponorogo Tempoe Doeloe : 1902-2005)
Kakekku lahir pada tahun 1902 di Tambak Bayan, Ponorogo atau setahun setelah kelahiran Ir. Soekarno, proklamator negeri ini. Lingkungan keluarga kakek adalah para jagal(tukang potong) sapi dan kambing, sesuai dengan profesi dari ayah kakek. Ada cerita yang unik mengenai perjodohan yang berlanjut ke pernikahan antara kakek dan nenekku, ketika itu nenek sebagai anak yatim piatu dari keluarga ningrat (konon silsilah keluarga kami bila ditelusuri bisa sampai ke kraton Solo dan Untung Surapati, ini bukan menyombongkan silsilah keluarga tapi memang kebanyakan keluarga terpandang di kota ini memiliki darah biru) dibesarkan oleh kedua orangtua kakek. Kisah hidup nenekku cukuplah memprihatinkan, ditinggalkan kedua orangtuanya ketika belum cukup umur dan harta warisannya di claime oleh para sepupunya sebagai hak sah mereka. Saat nenek sudah cukup paham akan hal itu, orangtua angkatnya memberi nasehat “Lilakno wae nduk, kabeh tumindak’e manungsa iku mesthi oleh piwales saka sing agawe urip (Gusti Allah)”, dan ternyata benar apa yang dikatakan beliau karena beberapa waktu kemudian setelah nenek dewasa dan telah menikah. Saudara-saudara nenek yang merampas harta warisan beliau mendapat musibah (kalau tidak bisa disebut azab), usaha-usaha dagang mereka bangkrut, keluarganya tercerai-berai ada yang suaminya lari dengan wanita lain, menjadi gila dan lain sebagainya. Dan nenek sendiri ketika sudah cukup umur menikah (usia 12 tahun) dengan kakek yang sudah berusia 26 tahun, kalau tidak salah sekitar tahun 1928 (bertepatan dengan Sumpah Pemuda), mungkin waktu itu menikah di usia belasan tahun memang menjadi trend.
Entah dikarenakan keuletan usaha atau memang bakat alami nenek mulai merintis usaha batik tulis dengan Brand : Batik Tulis “Cap Kapal Lajar”, awal kesuksesan terbaca ketika kakek dan nenek mendirikan rumah di kawasan elit ‘wetan pasar’ Jl. Hayam Wuruk (sekarang Jl. KH. A. Dahlan) pada tahun 1953 dan selesai pada pertengahan dasawarsa itu. Saat itu kawasan Jl. Hayam Wuruk memang menjadi pemukiman kaum elite, tidak sembarang orang bisa tinggal disana, kalau bukan orang ningrat atau pengusaha sukses seperti kakek dan nenek contohnya. Yang dapat menandinginya hanyalah kawasan pecinan, area itu terbujur dari arah utara hingga ke selatan di pusat kota (tepatnya disekitar aloon-aloon, sekarang menjadi kawasan pertokoan….tapi tetap ‘dikuasai’ oleh orang-orang China keturunan). Pada tahun-tahun 60-an dan 70-an adalah masa-masa kejayaan Batik Tulis di Ponorogo, dengan kata lain dari sepuluh orang pengusaha Batik Tulis yang sukses salah satunya adalah nenekku, sedangkan kakek juga tak ketinggalan menyokong usaha nenek melalui usaha penjagalan hewan ternaknya. Hal itu juga tidak lepas dari berdirinya GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) di Indonesia pada 1967, dimana perusahaan-perusahaan batik Ponorogo adalah salah satunya. Meskipun demikian sebagaimana roda yang berputar kadang diatas terkadang pula dibawah, demikian pula usaha Batik nenek, sejak akhir 1970-an secara terus-menerus dan pasti mengalami defisit anggaran. Utang-utang bisnis semakin menumpuk, ketika kakek masih ada itu semua bisa segera ditutupi berkat usaha kakek dari bisnisnya, tapi sepeninggal kakek usaha Batik nenek semakin limbung dan pada awal 1980-an bisnis beliau resmi dinyatakan pailit. Hal itu diikuti dengan penjualan beberapa asset kekayaan seperti rumah, dan tanah-tanah (kebun luas di belakang rumah dan deretan rumah di depan SD Muhammadiyah, dulunya tanah milik kakek-nenek), selain untuk melunasi hutang bisnis juga untuk menutupi kerugian usaha kopi budheku yang juga bangkrut. Ada peristiwa tragis ketika itu, sisa uang dari penjualan asset kekayaan kakek-nenek itu ternyata diperebutkan putra-putrinya, putra nenek yang nomer tiga (budhe Nur) dengan gemas menyebar uang itu sehingga jatuh berhamburan di ruang keluarga, entah bagaimana ekspresi nenek ketika itu (akupun mendengar kisah ini dari ibuku tercinta, yang cukup dekat dengan budhe Nur dan juga putra-putri kesayangan kakek). Sejak saat itu nama Batik Tulis Kapal Lajar seperti hilang tertelan bumi, aku masih sempat menjumpai papan nama perusahaan ini di halaman tengah, hingga akhirnya rumah keprabon juga dijual pada awal tahun 2005 kepada seorang China Muslim karena alasan yang sama (terakhir aku lihat papan nama Batik Tulis Kapal Lajar, sudah menjadi atap dari kandang ayam, di rumahku yang baru).

Restoration of The Clan As’ad (2005-until now)
Ternyata di jurusan HI/UNEJ tidak semudah yang kukira, sangat penuh liku-liku perjuangan moral, mental, perasaan dan keberanian. Sempat dekat dengan beberapa teman wanita (tidak perlu kusebut namanya), tapi itu semua berakhir sehubungan dengan naiknya gengsiku sebagai kabid di UKM KeIslaman FISIP dan juga sebagai anggota KAMMI merangkap simpatisan MMI. Terlebih lagi di semester 3-4 itu adalah ketika prestise sedang di puncak-puncaknya, aku sering menolak bersalaman dengan lawan jenis dan menolak berboncengan dengan mereka, effect negatifnya aku sering dianggap sombong dan jaim (emang kenyataannya begitu…..). Namun aku akhirnya juga mengalami fluktuasi ruhani (bahasa kerennya Futur) dan sempat depresi karena soal organisasi yang amburadul, dan akhirnya aku ogah-ogahan menjalani tugas sebagai ketum komsat. Pertimbanganku sederhana, buat apa susah-sudah mikirin organisasi yang orang-orangnya pada minggat semua, dan mereka belum tentu mikirin aku, bullshit! Mulai semester 5 banyak pelanggaran kubuat berkaitan dengan hijab (contohnya empat kali aku berboncengan dengan teman cewek dari dan ke kampus). Pengalaman yang paling menantang dan berkesan adalah ketika aku masih aktif di UKMO Tapak Suci UNEJ di sini, aku memiliki caps 3-4 kali bertanding di berbagai turnamen (sayangnya gak ada yang menang, 2 kali kalah KO & 1 kali kalah angka….bagaimanapun juga kalah angka tetep aja kalah!).
Tak terasa waktu terus berjalan dan cakramanggilingan tetap berputar. Sekarang aku sudah menginjak semester 8, yang seharusnya sudah lulus tapi belum juga lulus karena beberapa alasan. Kini aku sudah punya beberapa target, diantaranya lulus maret 2010 dan ikut Dikmapa PK (Pendidikan Pertama Perwira, Prajurit Karir) pada oktober tahun yang sama. Bila target itu tak terpenuhi, masih ada plan B yaitu mengikuti training pegawai DepLu. Dan bila itu masih gagal lagi aku masih punya plan C, usaha wiraswasta dalam bidang apapun (jualan buku, makanan dan lain-lain), yang penting halalan wa thoyyiban. Sebenarnya aku sudah ada bayangan tema skripsi yang akan kuambil, yaitu mengenai Islam dan politik di Turki bisa juga soal ekonominya, tapi belakangan jadi ragu juga soale datanya cukup susah dicari. Lagipula aku sudah ada bayangan tema yang baru, tentang perompakan di laut. Yaa… mungkin harus dipertimbangkan dengan lebih matang dulu sebelum mengambil keputusan. Seperti saat aku hamper mengikuti test beasiswa Pa PK TNI kemaren yang gak jadi karena IPK yang mepet (2,69) padahal untuk dalam persyaratannya IPK min. 2, 80. So otomatis kubatalkan.

Lembar Baru Semester Genap
Hari ini ku kembali duduk di depan computer, merenungi perjalanan hidup yang rumit n berliku terutama sejak ditemukannya Face Book (He….3x…g’ nyambung ya?:-). Rencana u/cuci tangan dari keaktifan di kesatuan terpaksa tertunda, aku tidak bisa menolak permintaan saudaraku seagama, Hawali yang butuh tenaga di pos Binsat (Pembinaan Satuan) KAMMDA Jember. Meskipun begitu aku hanya mampu menyanggupi hingga Maret 2010, cos orientasiku sekarang bukan hanya di KAMMI dan kuliah tapi juga masa depan yaitu bagaimana kelak jika menikah, oleh sebab itu aku sudah mulai merintis kerja kecil2-an. Belum bisa dikatakan berhasil, maklum masih baru dan kami memakai Branding:”Hamatsah-library Book Store.” Sistem penjualannya aku mengambil barang dari tangan kedua dan menjualnya lagi, Max 3 hari sekali bagi hasil dengan pihak distributor. Rekor penjualan terbesarku adalah waktu Pembukaan MTQ Jatim di Jember, sekitar tanggal 26 or 28 juli ’09 ketika itu kudapatkan Rp 70ribu dalam sehari (sudah dipotong hasil kotor yang Rp.330ribu).

Semester x, 16 Mei 2010
Mungkin ini akibat kesalahanku dalam mengambil strategi di awal kuliah, terlalu menyibukkan diri di pelbagai kegiatan non-akademik. Akibatnya kuliahku sering keteteran dan malah aku saat ini mengulang mata kuliah yang sama untuk ketiga kalinya (parah banget khan?!). Tapi seperti yang kuceritakan sebelumnya, ternyata para akhi-akhi di KAMMI masih mempercayai aku untuk menjabat satu periode kepengurusan di Komsat KAMMI Unej (hasil penggabungan/penciutan komisariat Kammi di Unej, dari awalnya 4 menjadi hanya 1 Komisariat). Dan tahun berikutnya (tepatnya bulan juli 2009), aku dipromosikan sebagai Kadept. Binsat (pembinaan komisariat), awalnya aku menolak dengan alasan fokus ngerjakan skripsi n target lu2s juli. Tapi akhirnya kuterima juga dengan syarat hanya menjabat hingga Maret 2010, tapi kenyataannya sampai sekarang aku tetap menjabat (di dept. minim personel, tinggal aku sendiri dan 2 akhwat n yang satu sakit2-an). Target lu2s juli pun ternyata masih jauh dari harapan, (beberapa kali bab1 yang kuajukan di kembalikan dosen n harus direvisi lagi…..). Apalagi konflik antara Komsat Unej dengan FSUKI (Forum Silaturrahim Unit Kerohanian Islam) semakin meruncing, terkadang waktu ngetik tiba2 ada calling dari para kamerad-ku ngajak ngopi di warkop (warung kopi) membicarakan keadaan yang kian genting. Tapi sebenarnya konflik ini hanya terbatas di tataran ikhwan, sedangkan di akhwat cenderung bersikap netral (cos akhwat kammi komisariat unej sekaligus adalah personel/pengurus FSUKI). Meskipun begitu ada kabar gembira, pertama aku sekarang menjadi seorang paman (kakak perermpuan yang nomer dua melahirkan anak pertama laki2, diberi nama Luthfan). Kedua, Komsat Kammi Banyuwangi terbentuk pada November 2009. Meskipun begitu ada selentingan kabar yang kurang baik, seminggu lalu dalam pertemuan MSK (Majelis Syuro’ Kampus) ada pernyataan dari seorang perwakilan DPW Partai Islam (saya cukup muak menyebut nama partai ini, yang selalu menggambarkan diri sebagai partai “Islam” dan “dakwah”, dan juga menjadikan rumor jika KAMMI underbow partai ini), yang menyebutkan jika disebuah kampus ada potensi konflik antara Kammi dengan LDK maka salah satunya harus dibekukan (celakanya dalam mengambil contoh, si bapak dari DPW ini mengatakan Kammi yang dibekukan, mengambil contoh kasus Komsat Kammi Unesa). Aku turut geram akan hal ini, perlukah dipertanyakan kembali “Sampai di manakah eksistensi dan kemandirian Omek dari bayang-bayang parpol?”

Jum’at, 02.43 a.m., 4 Juni 2010
Malam mini sebenarnya aku berencana mencicil ngerjakan skripsi, tak tahunya malah main game sampai jam 2 pagi ini. Pikiranku kacau hatiku kesal, aku kehabisan ide untuk skripsiku, otomatis aku belum menghubungi dosen pembimbing. Target lulus bulan juli tahun ini terpaksa di tangguhkan, kemungkinan paling cepat aku baru bisa lulus November tahun ini. Kemarin tepatnya pada sekitar pukul 8.00 a.m. KAMMDA Jember melakukan aksi solidaritas terhadap relawan Palestina, yaitu tragedi pembantaian akivis kemanusiaan yang menggunakan kapal ‘Mavi Marmara’ berbendera Turki. Rombongan relawan kemanusiaan itu terdiri dari 9 buah kapal dari berbagai Negara (sekitar 50 negara), hingga saat ini sekitar 600-an aktivis ditahan Israel, yang di bebaskan dan dipulangkan ke negaranya baru sekitar 40-an orang. Sementara nasib aktivis lainnya yang jumlahnya ratusan Israel, masih simpang siur (kabarnya mereka mendapatkan perlakuan buruk, selama di dalam tahanan). Demikian juga nasib 12 relawan asal Indonesia.
Aksi pagi ini dimulai dengan longmarch dari D-Way menuju Bunderan DPRD. Selama aksi di isi dengan orasi bergantian, teatrikal dan ditutup dengan pers release dari PP KAMMI, Rijalul Imam. Penampilan teman-teman lumayan serem karena pas lagi puasa sunnah senin-kamis, sampai bakar bendera Israel segala. Akupun juga ikut orasi, sialnya sebagian bilang kurang semangat (Jan*** tenan!!! Kurang semangat gundulmu, tenaga wis entek n ku sudah berusaha sebaik-baiknya), memang ku sering hilang kata di tengah setiap kali orasi. Bagaimanapun juga ini adalah wujud kepedulian KAMMI terhadap kebiadaban Israel, meskipun begitu aku berani taruhan jika disuruh berangkat ke Palestina saat itu juga, belum tentu ada yang mau. Akhirnya aksi inipun hanya mengulang yang sudah-sudah, aksi turun ke jalan yang di isi dengan, oras mengutuk Israel, teatrikal dan bakar bendera Israel lalu kemudian lupa. Kali ini jangan sampai hal itu terulang kembali, karena ada firman Tuhan : “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kau mengatakan apa yang tidak kami lakukan.”, karena itu sudah sepantasnyalah aksi ini bukan sekedar aksi. Tetapi setidaknya mampu ditindaklanjuti dengan usaha yang berkesinambungan, misalnya; membuat forum palestina di FB, Twitter atau mengirim tulisan-tulisan di media cetak untuk menggalang opini publik agar pro-Palestina
Aku sendiri memiliki konsep kelompok diskusi bebas. Mengambil nama MOSAG (kepanjangan dari, Moslem’s Avant Garde), atau Garda Depan Muslim, meminjan istilah dari revolusi Perancis dan Bolsyevik Rusia (arti asli Avant Garde dari bahasa Perancis sendiri adalah ‘Penjaga Muka’ atau ‘Pelopor’, sedangkan dalam konteks Marxism berarti Tentara Merah). Bukan berarti kelompok diskusi yang kudirikan ini menganut asas sosialis-komunis, meskipun Islam sendiri sudah meliputi nilai-nilai sosialis-humanis di dalamnya. Karena tujuan kelompok diskusi MOSAG ini adalah untuk mematangkan pemikiran pemuda muslim, baik yang duduk di bangku kuliah maupun yang sudah bekerja. Secara ringkas rincian kelompok diskusi ini adalah sebagai berikut:
Visi: Memberikan pencerahan terhadap keterkungkungan ide2/pemikiran Islam dari pengaruh kelompok dan golongan tertentu.
Misi: Membentuk para pemuda berjiwa Islam reformis yang kritis terhadap kemerosotan peran agama dan penyelewengan fungsi institusi agama di masyarakat.
Bentuk kegiatan: Pertemuan pekanan (waktu dan tempat kondisional), berupa diskusi bebas dan santai tanpa moderator (kecuali untuk tema2 khusus), sambil ngopi dan rokok’an (dilarang pake narkoba n bawa cewek).
Sifat keanggotaan: tidak mengikat, dan juga tidak menggunakan metode rekrutmen siapa pun bebas datang. Syaratnya pemuda muslim dan harus berjiwa kritis.
Rencana mengenai tema kajian:
1. Sejarah Islam Klasik (dari zaman Nabi Muhammad-‘Utsmaniyah)
2. Alam Islami (perkembangan kontemporer dunia Islam)
3. Tokoh2 pembaharu Islam (lintas pergerakan)
4. Konsep Negara dalam Islam dan Barat


Syair-syair Tanpa Makna (ga’ wajib dibaca kok)
Terkadang hati ini sangat membencimu…..
Kau seakan telah menyayatkan pedang, di hatiku…
Walau ku akui ku pernah mengagumimu, dann bahkan sempat berharap bersanding denganmu…
Tapi kini harapan itu t’lah sirna!!!
Kegagalan-demi kegagalan s’lalu mewarnai langkahku, dalam memegang ‘panji-panji’ ini…
Dan mungkin di matamu ku hanya seorang hina-dina, orang yang tak berguna!
Kini awan hitam semakin pekat menyelimuti hatiku, aku ta’ peduli lagi dengan ‘Tandzhim’ harakah yang mengekang jiwa & menyempitkan nalar kita…
Salahkah aku bila sempat mengharapkan dirimu?...
Mungkin juga kita bedua tidak salah…
Ruang & waktulah yang merubah kita menjadi seperti ini, bila waktunya tiba khan kulupakan ‘isyq ini, dan jika sudah pulih jiwaku khan kupimpin pasukan bekuda tu’ merebut kembali ‘syurga-syurga yang hilang’ di atas bumi ini…

Oleh : Harimau patah taring, al-mosag, Gavazat Forever
Hari penulisan, ?-?-‘08

Minggu, 13 Juni 2010

Catatan Akhir Tahun Sani

2008-12-30
Tak terasa waktu berputar dengan cepatnya sepertinya baru kemarin aku datang di kota Jember ini, untuk mengikuti SPMB demi tujuan kuliah di Universitas Tegal Boto dan mungkin juga demi selembar sertifikat kelulusan. Sementara untuk biaya kuliahku ini setelah lulus SPMB 2005 ditanggung oleh kakak perempuan yang tertua, hingga kini sudah 3 ½ tahun berselang dan aku sudah di semester 7. Rasanya aku baru kemarin menjadi mahasiswa baru dan mengikuti PK2 Fakultas, tapi sekarang tanpa terasa sudah menjadi kakak dari tiga angkatan di bawahnya. Berbagai peristiwa telah aku lewati baik suka maupun duka kini telah menjadi satu, sebuah kenangan tak terlupakan. Suatu lompatan karir telah aku alami selama di rantau ini, bermula dari anak yang biasa-biasa saja di sebuah kota kecil di ujung barat Jawa Timur kini telah menjadi staff inti dari organisasi ekstra mahasiswa di Jember. Sempat menjadi Ketum Komsat tapi tidak terlalu sukses karena ditelan ego masing-masing anggotanya, dan juga karena sarana dan prasarana yang tidak mendunkung. Setidaknya aku sudah tahu serba sedikit mengenai politik kampus dan dunia pergerakan mahasiswa, terkadang penuh dengan intrik, konspirasi bahkan tak jarang menelikung kawan sendiri dari belakang.

2008-12-31
Malam ini adalah malam terakhir di tahun 2008, dan seperti biasasanya bagian terindah dari peristiwa ini adalah detik-detik menjelang pergantian tahun, yang selalu dihiasi dengan pesta kembang api dan petasan. Dimana hal itu semakin menambah kesemarakan dan kemeriahan datangnya tahun baru, tapi seringkali semua orang lupa (terutama yang muslim) bahwa kebanyakan mereka sebenarnya tidak tahu dan cenderung latah untuk ikut-ikutan merayakan suatu peristiwa yang di dalam al-Qur’an dan Hadits sendiri tidak ada ketentuannya. Bahkan kalau dipikir-pikir aneh juga, orang-orang Islam di suatu negeri yang mayoritas penduduknya Muslim justeru larut dalam kemeriahan datangnya tahun baru masehi, yang kalau mereka paham segala perayaan dan ritual itu adalah kebiasaan dan kebudayaan orang-orang Nashrani. Jika melihat kenyataan ini aku kembali teringat dengan sebuah hadits yang sangat kuhafal semenjak SD, “Barangsiapa meniru/mengikuti kebiasaan suatu kaum maka dia akan menjadi bagian dari kaum itu.” Dan sampai sekarang aku yakin kalau hadist itu memang benar adanya. Namun sepertinya kita tanpa sadar telah melupakan peringatan dalam hadist ini, bahkan aku sendiri terkadang juga larut dalam ke’jahilan’. Contohnya saat ini di atas atap kost_anku, untuk beberapa detik aku terhipnotis oleh keindahan kembang api dan petasan dari alon-alon kota yang terlihat hingga ke tempatku berdiri sekarang. Aku hanya bisa berdo’a semoga tidak termasuk dalam golongan orang-orang munafik. Dan semoga saja penduduk negeri ini tidak terlarut dalam perayaan tahun baru tetapi juga, memikirkan kondisi saudara-saudaranya di seantero tanah air yang masih serba kekurangan dan juga meringankan beban saudaranya lain bangsa di Gaza, Palestina yang mengalami Genosida oleh Zionis Israel sejak 27 Desember kemaren. “Sesungguhnya setiap muslim itu bersaudara…”

2009-01-7
Hari ini jadwal hari kedua UAS Semester Gasal Universitas Tegal Boto, khususnya Fakultas ISIP. Seusai ujian Statistik yang memusingkan dan tak begitu aku pahami, tepat jam 09:05 aku langsung bergegas dengan mengendarai motor supra kesayanganku ke Jl. Jayawarsa II. Tepatnya ke masjid Nur-Rahman. Kebetulan disana ada pengajian Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, mantan amir MMI yang sempat ditahan Mabes Polri sekitar dua tahun, dengan tuduhan mendalangi berbagai aksi terorisme di tanah-air. Ya, memang tokoh ini cukup controversial bagi sebagian kalangan di tanah air, tapi bagiku beliau orang yang hanif dan benar-benar ikhlas menegakkan agama Islam. Aku sendiri sempat dua tahun lebih belajar tafsir al-Qur’an dan Hadist ke salah satu murid beliau di kota ini. Jadi secara tidak langsung beberapa ideologi dari kelompok ini yang mungkin cenderung keras juga ikut masuk ke pemikiranku, meskipun di waktu yang bersamaan aku juga belajar agama kepada salah satu Ustadz dari Jama’ah tarbiyah (meskipun baru ikut ngaji di semester 3). Dapat dikatakan di awal-awal kuliah aku justeru lebih getol ‘ngaji’ dibandingkan belajar kelompok, di semester awal aku mengikuti tiga kelompok kajian sekaligus; pertama adalah kajian tafsir al-Qur’an dan Hadits oleh Ustadz MMI, kedua kajian di LDK, dan terakhir pertemuan rutin sekali seminggu di markas JT (Jama’at Tabligh) Jember. Mungkin juga hal itu dipengaruhi rasa keingintahuanku yang cukup besar, itulah yang jadi kelebihan sekaligus kelemahanku, cos terkadang aku juga cepat bosan. Sehingga kajian yang tetap bertahan saat ini adalah, kajian oleh ustadz dari jama’ah tarbiyah yang mulai ku ikuti sejak semester 3. Kembali lagi ke Kajian di Nur-Rohman, ketika aku datang para peserta pengajian sudah banyak yang berdatangan, tapi hingga jam sepuluh belum kelihatan tanda-tanda kedatangan rombongan Ustadz Abu. Setelah memarkir motor di sebelah barat-laut masjid, aku menemui teman-temanku yang sedari tadi sudah datang di masjid, mereka adalah para remas dan teman satu kostku dulu. Pertama kali datang ke kota ini aku langsung akrab dengan mereka, sambil menunggu dimulainya acara kami saling bertukar kabar masing-masing dan ngobrol sebentar. Akhirnya datang juga yang kami tunggu-tunggu, Ustadz Abu dan rombongan tepat pada pukul 10:25, panitia acara yang terdiri dari remas dan para murid sang Ustadz segera sibuk menyambut kedatangan beliau dan menata ruangan di dalam masjid. Tak berapa lama acarapun segera dimulai, dimulai dengan pembukaan oleh ketua remas kemudian langsung acara inti yaitu, ceramah oleh Ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Dalam ceramahnya beliau menekankan pentingnya penegakan syari’at Islam di tanah air dan juga perlunya berjihad membantu saudara sesama muslim di Gaza, dengan catatan tergantung kemampuan kita masing-masing dan tidak harus dengan senjata, beliau juga mengutip beberapa ayat-ayat al-Qur’an dan beberapa bait Hadis untuk memperkuat argumennya. Bahkan sempat juga beliau mengungkapkan kelemahan sistem demokrasi dan kesesatan paham nasionalisme, yang nota bene menjadi acuan ideologi bangsa dan negara ini. Dan beliaupun kemudian langsung membuka sesi Tanya-jawab, setelah kurang lebih 30 menit memaparkan argument dan petuah-petuahnya. Akupun langsung pamit ke teman-temanku setelah penanya pertama mendapat tanggapan dari Ustadz Abu, untuk kembali ke kampus masih ada satu ujian hari ini.

Jumat, 11 Juni 2010

GAZA, ISRAEL DAN RELAWAN KEMANUSIAAN Oleh : Fibri Iman Santosa *(Penulis adalah Mahasiswa Semester Akhir HI/FISIP/UNEJ/’05.Dept. Binsat Kammda Jember

Pendahuluan
Masih belum lekang dari ingatan kita aksi kebiadaban Israel beberapa hari lalu (senin, 31 Mei 2010), terhadap relawan bantuan kemanusiaan Gaza. Sejak awal Israel seperti sudah merencanakan skenario ini, karena mereka menggunakan pasukan komando untuk menghalau para relawan kemanusiaan. Padahal tujuan relawan bantuan kemanusiaan untuk korban Gaza, adalah murni demi rasa kemanusiaan dan HAM. Tapi entah apa yang dipikirkan Israel, mereka justeru menerjunkan pasukan komando ke sembilan buah kapal berbendera Turki yang mengangkut sekitar 800 relawan dari berbagai negara, yang menggunakan sandi ‘The Freedom Flotilla’ itu. Sedangkan semua orang mengetahui, bahwa umumnya pasukan komando tidak mengenal perintah lain, kecuali serang dan habisi. Disinilah letak kebiadaban Israel, mereka sama sekali tidak membedakan sasaran dalam aksi bersenjatanya, dengan berdalih membela diri akibat dua anggota pasukan komandonya dikeroyok relawan, mereka menghujani para relawan di atas kapal Mavi Marmara dengan peluru tajam dari dalam helikopter. Akibat aksi biadab Israel ini, seluruh dunia mengecam termasuk Turki yang selama ini adalah satu-satunya sekutu strategisnya di Timur-Tengah, bahkan Negara-negara Eropa seperti Yunani mendesak aktivis asala negerinya dibebaskan dan Jerman pun melalui pernyataan resmi kanselir Angela merkel turut mengutuk dan mengecam kebiadaban Israel tersebut. Hal ini sudah membuktikan kekejaman Israel sudah melampaui batas kemanusiaan dan norma-norma hukum internasional. Sangat disayangkan AS sebagai ‘bapak asuh’ Israel cenderung berdiam diri. Dewan Keamanan PBB pun seperti kehilangan suara. Selain itu yang lebih memprihatinkan lagi, pemimpin negeri ini hanya bisa mengecam aksi biadab Israel, padahal diantara relawan yang sekarang ditahan Israel, terdapat 12 relawan asal Indonesia. Seperti tidak mau belajar dari sikap gentle preisden Iran Ahmadinejad maupun PM Turki Erdogan, yang masing-masing dengan tegas mendukung perjuangan para relawan kemanusiaan untuk Gaza, bahkan Erdogan siap mengirimkan tiga pesawat militernya untuk menjemput relawannya yang ditahan Israel. Sikap presiden kita justeru berkebalikan dari keduanya, hanya mengecam saja, malahan minta bantuan presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk kebebasan relawan asal Indonesia, padahal hubungan presiden Abbas dengan Israel sendiri tidak cukup baik. Nampaknya ormas-ormas di Indonesia, khususnya yang berbasis Islam perlu menekan pemerintah untuk bisa bertindak lebih tegas lagi, dalam menyikapi tragedi di atas kapal ‘Mavi Marmara’. Karena ini juga menyangkut kredibilatas bangsa yang berasakan Pancasila dan UUD ‘45 ini, yang dalam preambule-nya dengan tegas menyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan diatas dunia harus dihapuskan.


Kondisi Gaza Selama Blokade
Tragedi kemanusiaan Gaza bermula ketika gerakan perlawanan Hamas mengambil alih penguasaan kota itu, yang sebelumnya berada di tangan faksi Fatah (bagian dari PLO). Sejak saat itulah pemerintahan zionis Israel memutuskan memblokade Gaza, baik secara militer maupun ekonomi. Blokade itu secara langsung telah melumpuhkan Gaza, karena wilayah dengan kepadatan (+) (-) 370 KM2 itu sudah sangat sesak dengan ratusan ribu penduduk. Secara kronologis pengambilalihan wilayah Gaza bermula ketika Hamas, salah satu gerakan perlawanan Palestina terhadap penjajahan Israel, memenangkan pemilu legislatif Palestina pada Januari 2006. Yaitu dengan meraih 76 dari 132 kursi anggota parlemen palestina, otomatis kabinet yang terbentuk kemudian di dominasi oleh anggota Hamas. Meskipun pada akhirnya kabinet persatuan Palestina Hamas-Fatah bubar, akibat perseteruan dan sikap keras kepala kedua kubu. Semakin membenarkan thesis John L. Esposito, gerakan perlawanan dengan ideologi apapun di dunia ini kebanyakan sukses saat memanggul Kalashnikov, tapi rata-rata gagal dalam memegang tampuk kekuasaan. Meskipun tidak bisa dipungkiri, tekanan internasional (khususnya AS dan Uni Eropa) terhadap pemerintahan Hamas dan sabotase Israel juga memicu pertikaian Hamas-Fatah, yang puncaknya adalah perebutan wilayah Gaza oleh Hamas dari tangan Fatah sekitar pertengahan 2008. Saat itu opini masyarakat internasional (Negara-negara di dunia, termasuk Uni Eropa), masih mendukung blokade ekonomi Israel terhadap Gaza yang dikuasai Hamas dan kebanyakan berita-berita yang dilansir media Barat, cenderung memojokkan posisi Hamas. Namun sekarang keadaan telah berubah peristiwa Mavi Marmara telah membuka mata masyarakat internasional, bahwa Israel tidaklah sebaik yang mereka kira.
Apalagi keadaan yang sekarang menjadi fakta sesungguhnya mengenai fakta riil di Palestina, khususnya di Gaza, menunjukkan popularitas Hamas justeru semakin meningkat di luar Gaza. Hal itu dibuktikan dengan berita yang dimuat Koran Zionis, Yediot Aharonot mengenai pengaruh Hamas di Judaea dan Samaria (Tepi Barat Sungai Jordan), yang sangat dikhawatirkan oleh Menlu Rezim Zionis Israel, Danny Ayalon. Sehingga mau tidak mau Israel harus menempatkan pasukannya di kedua wilayah tersebut, sekaligus demi keberlangsungan pemerintahan Otorita Palestina di Ramallah, yang dipimpin presiden Mahmoud Abbas. Fakta ini sudah menunjukkan jika wibawa pemerintahan PLO (dari faksi Fatah) sendiri, telah jauh menurun di mata warga Palestina, sebab sekarang ini mereka telah melihat keselamatan nyawa Abbas adalah atas belas kasihan Israel. Sedangkan pemerintahan Hamas yang beberapa waktu lalu sempat diberitakan mengalami krisis keuangan, berita itu dibantah oleh Yusuf Rezqa, Penasihat Politik Pemerintahan Palestina. Dia mengungkapkan keadaan sesungguhnya mengenai kondisi pemerintahan konstitusional Hamas, yang tidak memiliki masalah untuk menggaji para karyawannya di jalur Gaza yang mencapai 32 ribu pegawai. Hanya kendala teknis secara administrasilah yang menyebabkan keterlambatan pembayaran gaji para karyawan, bagaimanapun saat ini Hamaslah yang menjadi penguasa di jalur Gaza dan otomatis, bertanggung jawab atas nasib ke 32 ribu pegawai yang tinggal di wilayah itu.
Mengenai sikap resmi Hamas terhadap aksi biadab Israel di laut internasional, terhadap armada kapal ‘The Freedom Flotilla’ khususnya kapal Mavi marmara, yang mengangkut ratusan aktivis dari berbagai negara. Mereka sangat mengutuk peristiwa itu, melalui wawancara via telpon antara Mahmud Zahar, pendiri Hamas di Gaza, dengan Faisal Assegaf dari Tempo telah menunjukkan sikap tegas Hamas. Pada kesempatan itu Mahmud Zahar mengatakan, jika warga Gaza turut mengutuk dan marah kepada Israel berkaitan dengan tragedy Mavi Marmara. Tetapi mereka juga senang karena dengan peristiwa itu, kredibilitas Israel jatuh dihadapan masyarakat internasional. Selanjutnya Uni Eropa yang biasanya pro Israel, saat ini bersama Rusia turut mendesak pemerintah zionis itu untuk membuka perbatasannya, baik yang ada di Mesir maupun Lebanon demi memudahkan masuknya bantuan kemanusiaan. Meskipun kemungkinan besar peristiwa ini bukanlah akhir dari kekejaman Israel.

Hubungan Israel Dengan Negara-negara Se-Kawasan
Israel sendiri yang berdiri sejak 1948, adalah semata-mata atas bantuan kolonial Inggris. Mereka berhasil menguasai Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerusalem Timur dalam Perang Enam Hari di tahun 1967. Hingga kini pun masyarakat internasional menganggap ketiga wilayah itu (Jalur Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur), adalah jajahan Israel dan bukan wilayah sah negara zionis itu. Sejak Negara zionis Israel berdiri hingga saat ini, tidak ada satupun negara-negara di Timur-Tengah yang menjalin hubungan resmi dengannya. Satu-satunya mitra strategis mereka di kawasan itu adalah Turki, yang sekarang ini hubungannya dengan Israel cenderung memanas. Terutama setelah perang mulut antara presiden Israel, Simon Peres dengan PM Turki, Erdogan, di Forum Ekomi Dunia di Davos, Swiss yang diakhiri dengan aksi walk out dari PM Turki tersebut. Sebagai bentuk protes terhadap applaus yang diberikan peserta untuk pernyataan presiden Israel, Simon Peres yang mengatakan aksi militer Israel di Gaza adalah bentuk pembelaan diri. Walaupun sebenarnya di antara negara-negara Timur-Tengah juga ada yang menjalin hubungan dagang rahasia dengan negara zionis itu, intinya terlalu banyak konspirasi dan rahasia dibalik keberadaan Israel. Mungkin kebanyakan warga muslim dunia saat ini, terkesan dan kagum dengan ketegasan dan keberanian Ahmadinejad, presiden Iran dalam menentang hegemoni AS di Timur-Tengah dan kebiadaban Israel di Palestina (khususnya Gaza). Tapi mungkin tidak banyak yang mengetahui konspirasi antara Israel, AS dan Ayatullah Khomeini, dibalik pengeboman jet-jet tempur AU Israel terhadap reaktor nulir Irak di Osirak, pada tahun 1981. Ketika itu timbul kekhawatirkan Iran akan ‘mengekspor’ revolusinya, ke seluruh dunia, secara resmi AS bermusuhan dengan Iran dibawah rezim Khomeini, sehingga Paman Sam menyuplai persenjataan dan uranium ke Irak untuk menghambat ekspansi ideologi Iran (sebenarnya secara diam-diam, AS juga menyuplai senjata ke Iran). Kebanyakan Negara Timur-Tengah juga ikut menyuplai dana bagi Iraq, untuk membendung pengaruh Iran yang berkembang menjadi perang teluk I (1980-88).
Israel turut memberikan andil dalam perang Iraq-Iran, di dalam buku berjudul Treacherous Alliance: The Secret Dealings Of Israel, Iran and The U.S.(dalam edisi Indonesia, Aliansi yang Membingungkan: Kesepakatan Rahasia di Antara Israel, Iran dan AS). Dalam buku ini Trita Parsi (sang penulis) membeberkan adanya fakta yang terlupakan, bahwa sekitar awal 1980-an terjadi pertemuan rahasia di Tel Aviv antara pegawai senior Israel dan perwakilan Khomeini. Pada pertemuan itu Israel membeberkan rencananya menyerang reaktor nuklir Osirak, milik Iraq dan utusan Iran juga membeberkan detail lokasi keberadaan reaktor tersebut, termasuk kegagalan penyerangan mereka sebelumnya pada 30 November 1980. Kedua pihak mencapai kata sepakat dalam pertemuan itu, bahkan Iran juga mengijinkan jet-jet tempur Israel mendarat di Pangkalan Udara Tabris bila keadaan gawat. Akhirnya pada 7 Juni 1981, jet-jet tempur Israel terdiri dari delapan F 15 dan enam F 16, membobardir reaktor nuklir Osirak milik Irak dan kembali ke pangkalannya di Israel tanpa suatu kerugian apapun. Anehnya kesepakatan rahasia ini tidak banyak diketahui banyak pihak, mungkin karena perbedaan kepentinganlah yang membuat Iran saat ini cenderung memusuhi Israel, hal itu bisa dilihat dari pernyataan-pernyataan Ahmadinejad yang sangat anti-Israel dan AS.
Meskipun Israel sempat disegani Negara-negara di kawasan Timur-Tengah karena ketanggguhan militernya, yang dibuktikan dengan kemenangan-kemenangannya dalam tiga kali perang Arab-Israel (1948-1949, 1956 dan 1967). Pesona ketangguhan militer Israel sebenarnya mulai memudar dalam Perang Yom Kippur, atau umat Islam mengenangnya sebagai Perang Ramadhan 1973. Saat itu angkatan perang Mesir yang beraliansi dengan Suriah, berhasil memukul mundur militer Israel dari Sinai dan wilayah Suriah yang di duduki Israel. Tanpa adanya suplai senjata dari AS di saat menentukan, negara zionis itu sudah pasti kalah dari aliansi Mesir-Suriah, sebab saat itu korban di pihak Israel sudah mencai 2500 orang tentara. Tapi Israel masih bisa menjaga reputasi militernya, dengan invasi ke Libanon 1982 yang disokong milisi Phalangis (kelompok bersenjata Nasrani Libanon pro-Israel), milisi itu menjadi kepanjangan tangan Israel membantai warga muslim disana. Hal itu akhirnya memicu lahirnya gerakan Hizbullah, sebagai bentuk perlawanan terhadap invasi Israel, kelak dikemudian hari Hizbullah tercatat dalam sejarah sebagai sebuah gerakan Islam yang mampu mengusir Israel dua kali dari Libanon (penarikan mundur pasukan Israel dari libanon selatan, awal tahun 2000-an dan kekalahan memalukan Israel dalam perang selama Agustus 2006). Adanya hizbullah ternyata juga menginspirasi lahirnya Hamas di Palestina, yang juga menyulitkan Israel dan sama seperti halnya Hizbullah di Libanon, Israel gagal menumpas Hamas selama dua dasawarsa lebih sejak gerakan itu didirikan syeikh Ahmad Yassin pada 1987. Kondisi di Palestina khususnya gaza dan juga Libanon dalam satu dasawarsa terakhir, menunjukkan ketidakmampuan Israel dalam mengontrol wilayah pendudukannya (lebih tepatnya jajahan), dikarenakan dalam wilayah tersebut terutama di Tepi Barat masih sering terjadi aksi bom syahid dari anggota Hamas maupun Jihad islam. Gangguan-gangguan keamanan semacam itu di Israel, telah membuat warga Yahudi diluar Negara itu enggan untuk tinggal di Israel, karena mengkhawatirkan keselamatannya dan keluarganya.
Selama ini satu-satunya Negara yang menjadi sekutu Israel di Timur-Tengah adalah Turki. Namun sejak insiden walk out oleh PM Turki Erdogan pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss yang diperparah dengan penghinaan terhadap Dubes turki untuk Israel. Hubungan kedua Negara masih tegang hingga saat ini, bahkan PM Turki, recep tayyep Erdogan sendiri mendesak PBB untuk menjatuhkan sanksi kepada Israel, yang telah terbukti berkali-kali melanggar resolusi perdamaian dari PBB. Padahal ketika awal berdirinya Israel, para jenderal senior Turki menjalin kerjasama diam-diam dengan negara zionis itu, sementara secara resmi mereka menjalin hubungan diplomatik. Pada 1950-an hubungan kedua Negara berkembang menjadi kerjasama di bidang ekonomi dan militer. Hingga awal tahun 2000-an kedua negara masih sering mengadakan latihan militer bersama, sampai secara resmi dihentikan secara sepihak oleh PM Recep Tayyep Erdogan. Sedangkan Mesir yang meskipun bukan sekutu Israel, tetapi karena terikat perjanjian Camp David 1978, dimana Mesir harus meninggalkan politik konfrontasinya dengan Israel dan menghentikan bantuannya terhadap gerakan perlawanan Palestina (dengan imbalan dikembalikannya semenanjung Sinai). Sehingga menjadikan posisi Mesir ibarat kartu mati dalam percaturan politik Timur-Tengah, walaupun sebenarnya saat ini gelombang kebencian terhadap Israel dan rasa ketidakpuasan akan sikap pemerintah Mesir terhadap konflik Palestina, semakin meningkat. Hal itu dibuktikan dengan beberapa kali aksi massa yang mencapai ribuan orang, yang digalang oleh Ikhwanul Muslimin gerakan Islam terbesar di Mesir. Tidak menutup kemungkinan pula sikap Mesir terhadap Israel akan berubah dikemudian hari, dan tentunya itu akan semakin mengucilkan Israel di kawasan Timur-Tengah. Sementara Negara-negara lainnya di kawasan ini seperti, Iran, Suriah dan kemudian Libanon secara umum, mengambil sikap tegas mengutuk kebiadaban Israel dalam penembakan relawan kemanusiaan diatas kapal Mavi Marmara. Sedangkan di dalam negeripun tidak kurang kecaman yang datang dari media Israel. Media Yediot Aharonot mengatakan bahwa, aksi pasukan komando Israel di atas kapal Mavy Marmara tidal lebih dari aksi amatiran, karena pasukan penjaga perbatasan jauh lebih berpengalaman dalam mengusir orang-orang semacam para relawan itu.

Posisi Relawan Kemanusiaan
Tindakan para relawan kemanusiaan untuk Gaza, yang tergabung dalam armada ‘The Freedom Flotilla’, yang terdiri dari Sembilan buah kapal berbendera Turki, dapat dikatakan sebagai aksi heroik. Tanpa menghiraukan bahaya yang bakal dihadapi, mereka datang dari berbagai Negara di penjuru dunia. Secara ideologi dan kepercayaan mereka berbeda-beda, hanya satu hal yang menyatukan mereka, yaitu kemanusiaan. Demikian juga yang akhirnya memantik rasa simpati masyarakat internasional, kepada rombongan relawan kemanusiaan ini, rasa kemanusiaan telah menimbulkan solidaritas diantara mereka. Belum lagi mengenai nasionalisme, hak rakyat Palestina khususnya Gaza adalah memperoleh kemerdekaan, sebagaimana hak seluruh bangsa di dunia. Fakta ini menunjukkan bahwa, tragedi Gaza bukan lagi mengenai soal agama atau ideologi, melainkan sudah menyentuh ranah humanisme dan nasionalisme. Apalagi diantara relawan kemanusiaan yang menjadi korban, atau menjadi tawanan Israel bukan hanya dari Negara muslim saja, tetapi juga ada yang mantan diplomat karir AS dan anggota parlemen Jerman. Tidak ketinggalan pula Yunani juga turut menyumbangkan relawannya, bahkan diantara mereka juga ada yang di tahan Israel. Berkebalikan dengan fakta jika selama ini Yunani cenderung memusuhi negara muslim, seperti Turki. Namun fakta yang ada sekarang telah menunjukkan jika orang Yunani dan orang Turki, bisa berada dalam satu armada kapal relawan kemanusiaan. Demi tegaknya rasa kemanusiaan, semua pihak dari berbagai Negara bersedia mengesampingkan egosentrisme kebangsaan.
Fenomena dari peristiwa ‘Mavi Marmara’ cukup menarik untuk disimak. Kapal Mavi Marmara hanyalah salah satu dari Sembilan buah kapal di dalam armada kemanusiaan ‘The Freedom Flotilla, yang dengan kecepatan 15-20 Km/jam mendekati Gaza. Mereka adalah para relawan kemanusiaan yang berasal dari sekitar 50 negara, diperkirakan berjumlah sekitar 800 orang, dengan membawa barang-barang bantuan untuk warga Gaza. Namun ternyata di perairan dekat pelabuhan Ashdod, yang merupakan salah satu pintu masuk ke Gaza, telah menunggu pasukan Israel yang siap menghadang bahkan menembak iringan kapal bantuan dan memenjarakan penumpangnya. Akhirnya terjadilah yang dikhawatirkan pada senin (31 Mei) kemarin, dua anggota pasukan komando yang diterjunkan dari helikopter, berhadapan dengan para penumpang kapal Mavi Marmara yang bersenjatakan seadanya (kayu, kunci inggris, besi batangan, dll). Dua anggota pasukan komando yang tidak terbiasa menghalau orang dalam jumlah besar, terlihat kewalahan menghadapi ‘kegigihan’ para penumpang kapal, kemudian keluarlah perintah maut dari komandan mereka untuk mengeluarkan tembakan. Akibatnya Sembilan orang relawan tewas dan yang lainnya mengalami luka-luka serius, media Israel melaporkan 19 orang relawan tewas (jumlah korban masih simpang-siur sampai sekarang, semua info di sensor Israel). Peristiwa itu atau yang lebih pantas disebut tragedi kemanusiaan, adalah bukti sekali lagi dari kebiadaban Israel yang tidak pandang bulu dalam memilih korbannya. Kali ini bukan lagi Hamas, Hizbullah, maupun warga sipil Palestina, melainkan relawan bantuan kemanusiaan untuk Gaza yang tidak bersenjata (kecuali seadanya dan tidak berarti dibandingkan senjata pasukan komando) ikut menjadi korban kebiadaban dan kebrutalan pasukan Israel.
Meskipun kabar terbaru memberitakan bahwa Israel telah membebaskan sejumlah relawan, yang sebelumnya ditahan. Namun nasib mengenai relawan lainnya yang masih ditahan belum jelas. Apalagi baru-baru ini tepatnya kemarin (senin, 7 Juni 2010), dari sejumlah media tanah air (Ex: TV One, Metro TV, dll.) memberitakan pasukan keamanan Israel kembali menahan para relawan kemanusiaan. Kali ini dari kapal Rachel Corrie, hal ini menunjukkan jika aksi biadab dan brutal israel masih akan terus berlanjut dan tidak berhenti sampai disini. Karena sudah menjadi rahasia umum, jika Negara zionis itu menginginkan terlaksananya cita-cita ‘Israel Raya’ yang meliputi negara-negara sekitar sungai Euphrat dan sungai Nil. Kalaupun itu terlaksana, kemungkinan besar Israel tidak akan berhenti sebelum seluruh dunia ini mereka ‘telan’ habis.

Kesimpulan
Seandainya kita mencoba meng-komparasikan (membandingkan) carut-marut dan berbagai peristiwa politik dunia saat ini (isu terorisme internasional, al-Qaeda dan Jama’ah Islamiyyah; konflik etnis di Darfur, Sudan Selatan; pembatalan kunjungan Obama ke Indonesia, dll.) dengan tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza. Baik itu penindasan Israel terhadap warga Palestina, khususnya warga Gaza yang di blokade ekonominya, maupun berupa pembantaian relawan kemanusiaan Gaza di kapal Mavi Marmara. Di sini terdapat sebuah kecenderungan, bahwa sebenarnya semua konflik selain yang ada di Palestina, adalah turunan dari konflik yang ada di Palestina. Mungkin bagi sebagian orang asumsi ini terkesan mengada-ada, padahal sebenarnya fakta yang terjadi memang kurang lebih seperti itu. Karena jauh sebelum berdirinya Negara zionis Israel, telah ada Freemasonry, sebuah organisasi ‘bebas-rahasia’ bentukan Yahudi yang beranggotakan orang-orang non-Yahudi (kecuali di pucuk pimpinan) demi penyebaran gagasan zionisme. Hal ini dilakukan agar ada pendukung-pendukung gerakan zionisme, meskipun mereka berasal dari kalangan non-Yahudi. Jaringan yang dibangun orang-orang Freemasonry sangat rapi dan mampu menyesuaikan diri, dengan kondisi sosial-politik daru wilayah/negara yang mereka masuki. Sebagai contoh di Negara ini saja, beberapa tokoh bangsawan kraton Jawa (diantaranya Pakualam VIII) dan tokoh-tokoh pergerakan Boedi Oetomo (Dr. Soetomo, Dr. Wahidin Sudirohusodo), mereka semua adalah anggota-anggota dari Freemasonry Loge Mataram. Dalam setiap pertemuannya, di tempat yang di juluki ‘Rumah setan’ (karena sering terdengar nyanyian dengan bahasa yang asing bagi warga setempat), mereka selalu mengawalinya dengan pembacaan ayat-ayat dari Kitab Suci al-Qur’an. Alasan dari tokoh-tokoh ini masuk gerakan ini terdengar cukup aneh, yaitu bahwa Freemasonry cocok berkembang di wilayah-wilayah yang jiwa ke-Islamannya kurang, dengan kata lain mereka menganggap jika Freemasonry selaras dengan Islam Kejawen.
Terlepas dari tulisan ini terlihat cukup anti-semitis (anti ras Yahudi), sebenarnya tidak juga. Karena di sini yang ingin saya ungkapkan, adalah keburukan-keburukan dan kebiadaban zionis Israel, bukan ras Yahudinya. Apalagi orang-orang Yahudi yang tinggal di luar Israel sendiri, banyak yang tidak sepakat dengan pendirian Negara Israel maupun kebijakan-kebijakan politiknya. Bagaimanapun juga tidak bisa dipungkiri meskipun kekejaman zionis Israel, telah membuat citra bangsa Yahudi di dunia terpuruk, tetapi secara umum ras Yahudi memang dianugerahi kecerdasan otak yang tinggi oleh Allah SWT. Para banker kelas dunia macam George Soros, pengusaha sukses AS Donald Trump, sampai mantan PM Inggris D’Israeli dan pakar politik Edward Said, mereka semuanya berdarah Yahudi. Sedangkan yang menjadi musuh bersama (Public Enemy), masyarakat Internasional saat ini khususnya umat Islam, adalah Zionisme Internasional (Freemasonry dan organisasi-organisasi yang berada di bawah naungannya) sebagai kepanjangan tangan dari zionis Israel. Sebagai penutup saya sekedar mengingatkan bagi para pembaca tulisan ini, termasuk para pendukung zionis Israel, bahwa klaim ‘Tanah yang Dijanjikan’ sebagai dasar pendirian Negara Israel adalah hal yang kadaluwarsa. Karena dalam Kitab Suci Taurat sendiri telah menjelaskan, tentang kekurangajaran Yahudi dan “Rijsatul Kharab”, negeri najis perusak yang dikumpulkan untuk mendapatkan kutukan Tuhan.

Sumbersari, Tegalboto Kidul, Jember, Rabu 9 Juni 2010


Referensi:

Website
Israel dan Mesir Buka Blokade Gaza Setelah Serangan Mematikan. Http: Tempointeraktif.com- diakses tanggal 2 Juni 2010
Kasihan, Nyawa Abbas di Tangan Israel. Http: Indonesia.irib.ir-diakses tanggal 31 Mei 2010.
Kisah Keoknya Pasukan Komando Israel. Http: Tempointeraktif.com-diakses tanggal 2 Juni 2010
Sepuluh Relawan Gaza Akan Kembali ke Indonesia. Http: inilah.com-diakses tanggal 2 Juni 2010
Tehran: Maju Terus, Konvoi Flotilla!!! Http: Indonesia.irib.ir-diakses tanggal 31 Mei 2010.
Wawancara Tempo dengan Pemimpin Hamas, Mahmud Zahar, Soal Kekejaman Israel. Http: Tempointeraktif.com-diakses tanggal 2 Juni 2010.
WNI Relawan Gaza: Misi Belum Berakhir. Http: vivanews.com-diakses pada tanggal 3 Juni 2010.


Buku
Parsi, Trita. Treacherous Alliance: The Secret Dealings Of Israel, Iran and The U.S. (dalam edisi
Indonesia, Aliansi yang Membingungkan: Kesepakatan Rahasia di Antara Israel, Iran dan AS). Copyright @ 2007 by Yale University.
Al-Hawali, DR. Safar. Menanti Ajal Israel, Sebuah Tinjauan Dari Perspektif Ahli kitab. Solo:
Jazeera, 2005.

GAZA, ISRAEL DAN RELAWAN KEMANUSIAAN Oleh : Fibri Iman Santosa *(Penulis adalah Mahasiswa Semester Akhir HI/FISIP/UNEJ/’05. Masih menjabat di Dept. Bi

Pendahuluan
Masih belum lekang dari ingatan kita aksi kebiadaban Israel beberapa hari lalu (senin, 31 Mei 2010), terhadap relawan bantuan kemanusiaan Gaza. Sejak awal Israel seperti sudah merencanakan skenario ini, karena mereka menggunakan pasukan komando untuk menghalau para relawan kemanusiaan. Padahal tujuan relawan bantuan kemanusiaan untuk korban Gaza, adalah murni demi rasa kemanusiaan dan HAM. Tapi entah apa yang dipikirkan Israel, mereka justeru menerjunkan pasukan komando ke sembilan buah kapal berbendera Turki yang mengangkut sekitar 800 relawan dari berbagai negara, yang menggunakan sandi ‘The Freedom Flotilla’ itu. Sedangkan semua orang mengetahui, bahwa umumnya pasukan komando tidak mengenal perintah lain, kecuali serang dan habisi. Disinilah letak kebiadaban Israel, mereka sama sekali tidak membedakan sasaran dalam aksi bersenjatanya, dengan berdalih membela diri akibat dua anggota pasukan komandonya dikeroyok relawan, mereka menghujani para relawan di atas kapal Mavi Marmara dengan peluru tajam dari dalam helikopter. Akibat aksi biadab Israel ini, seluruh dunia mengecam termasuk Turki yang selama ini adalah satu-satunya sekutu strategisnya di Timur-Tengah, bahkan Negara-negara Eropa seperti Yunani mendesak aktivis asala negerinya dibebaskan dan Jerman pun melalui pernyataan resmi kanselir Angela merkel turut mengutuk dan mengecam kebiadaban Israel tersebut. Hal ini sudah membuktikan kekejaman Israel sudah melampaui batas kemanusiaan dan norma-norma hukum internasional. Sangat disayangkan AS sebagai ‘bapak asuh’ Israel cenderung berdiam diri. Dewan Keamanan PBB pun seperti kehilangan suara. Selain itu yang lebih memprihatinkan lagi, pemimpin negeri ini hanya bisa mengecam aksi biadab Israel, padahal diantara relawan yang sekarang ditahan Israel, terdapat 12 relawan asal Indonesia. Seperti tidak mau belajar dari sikap gentle preisden Iran Ahmadinejad maupun PM Turki Erdogan, yang masing-masing dengan tegas mendukung perjuangan para relawan kemanusiaan untuk Gaza, bahkan Erdogan siap mengirimkan tiga pesawat militernya untuk menjemput relawannya yang ditahan Israel. Sikap presiden kita justeru berkebalikan dari keduanya, hanya mengecam saja, malahan minta bantuan presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk kebebasan relawan asal Indonesia, padahal hubungan presiden Abbas dengan Israel sendiri tidak cukup baik. Nampaknya ormas-ormas di Indonesia, khususnya yang berbasis Islam perlu menekan pemerintah untuk bisa bertindak lebih tegas lagi, dalam menyikapi tragedi di atas kapal ‘Mavi Marmara’. Karena ini juga menyangkut kredibilatas bangsa yang berasakan Pancasila dan UUD ‘45 ini, yang dalam preambule-nya dengan tegas menyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan diatas dunia harus dihapuskan.


Kondisi Gaza Selama Blokade
Tragedi kemanusiaan Gaza bermula ketika gerakan perlawanan Hamas mengambil alih penguasaan kota itu, yang sebelumnya berada di tangan faksi Fatah (bagian dari PLO). Sejak saat itulah pemerintahan zionis Israel memutuskan memblokade Gaza, baik secara militer maupun ekonomi. Blokade itu secara langsung telah melumpuhkan Gaza, karena wilayah dengan kepadatan (+) (-) 370 KM2 itu sudah sangat sesak dengan ratusan ribu penduduk. Secara kronologis pengambilalihan wilayah Gaza bermula ketika Hamas, salah satu gerakan perlawanan Palestina terhadap penjajahan Israel, memenangkan pemilu legislatif Palestina pada Januari 2006. Yaitu dengan meraih 76 dari 132 kursi anggota parlemen palestina, otomatis kabinet yang terbentuk kemudian di dominasi oleh anggota Hamas. Meskipun pada akhirnya kabinet persatuan Palestina Hamas-Fatah bubar, akibat perseteruan dan sikap keras kepala kedua kubu. Semakin membenarkan thesis John L. Esposito, gerakan perlawanan dengan ideologi apapun di dunia ini kebanyakan sukses saat memanggul Kalashnikov, tapi rata-rata gagal dalam memegang tampuk kekuasaan. Meskipun tidak bisa dipungkiri, tekanan internasional (khususnya AS dan Uni Eropa) terhadap pemerintahan Hamas dan sabotase Israel juga memicu pertikaian Hamas-Fatah, yang puncaknya adalah perebutan wilayah Gaza oleh Hamas dari tangan Fatah sekitar pertengahan 2008. Saat itu opini masyarakat internasional (Negara-negara di dunia, termasuk Uni Eropa), masih mendukung blokade ekonomi Israel terhadap Gaza yang dikuasai Hamas dan kebanyakan berita-berita yang dilansir media Barat, cenderung memojokkan posisi Hamas. Namun sekarang keadaan telah berubah peristiwa Mavi Marmara telah membuka mata masyarakat internasional, bahwa Israel tidaklah sebaik yang mereka kira.
Apalagi keadaan yang sekarang menjadi fakta sesungguhnya mengenai fakta riil di Palestina, khususnya di Gaza, menunjukkan popularitas Hamas justeru semakin meningkat di luar Gaza. Hal itu dibuktikan dengan berita yang dimuat Koran Zionis, Yediot Aharonot mengenai pengaruh Hamas di Judaea dan Samaria (Tepi Barat Sungai Jordan), yang sangat dikhawatirkan oleh Menlu Rezim Zionis Israel, Danny Ayalon. Sehingga mau tidak mau Israel harus menempatkan pasukannya di kedua wilayah tersebut, sekaligus demi keberlangsungan pemerintahan Otorita Palestina di Ramallah, yang dipimpin presiden Mahmoud Abbas. Fakta ini sudah menunjukkan jika wibawa pemerintahan PLO (dari faksi Fatah) sendiri, telah jauh menurun di mata warga Palestina, sebab sekarang ini mereka telah melihat keselamatan nyawa Abbas adalah atas belas kasihan Israel. Sedangkan pemerintahan Hamas yang beberapa waktu lalu sempat diberitakan mengalami krisis keuangan, berita itu dibantah oleh Yusuf Rezqa, Penasihat Politik Pemerintahan Palestina. Dia mengungkapkan keadaan sesungguhnya mengenai kondisi pemerintahan konstitusional Hamas, yang tidak memiliki masalah untuk menggaji para karyawannya di jalur Gaza yang mencapai 32 ribu pegawai. Hanya kendala teknis secara administrasilah yang menyebabkan keterlambatan pembayaran gaji para karyawan, bagaimanapun saat ini Hamaslah yang menjadi penguasa di jalur Gaza dan otomatis, bertanggung jawab atas nasib ke 32 ribu pegawai yang tinggal di wilayah itu.
Mengenai sikap resmi Hamas terhadap aksi biadab Israel di laut internasional, terhadap armada kapal ‘The Freedom Flotilla’ khususnya kapal Mavi marmara, yang mengangkut ratusan aktivis dari berbagai negara. Mereka sangat mengutuk peristiwa itu, melalui wawancara via telpon antara Mahmud Zahar, pendiri Hamas di Gaza, dengan Faisal Assegaf dari Tempo telah menunjukkan sikap tegas Hamas. Pada kesempatan itu Mahmud Zahar mengatakan, jika warga Gaza turut mengutuk dan marah kepada Israel berkaitan dengan tragedy Mavi Marmara. Tetapi mereka juga senang karena dengan peristiwa itu, kredibilitas Israel jatuh dihadapan masyarakat internasional. Selanjutnya Uni Eropa yang biasanya pro Israel, saat ini bersama Rusia turut mendesak pemerintah zionis itu untuk membuka perbatasannya, baik yang ada di Mesir maupun Lebanon demi memudahkan masuknya bantuan kemanusiaan. Meskipun kemungkinan besar peristiwa ini bukanlah akhir dari kekejaman Israel.

Hubungan Israel Dengan Negara-negara Se-Kawasan
Israel sendiri yang berdiri sejak 1948, adalah semata-mata atas bantuan kolonial Inggris. Mereka berhasil menguasai Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerusalem Timur dalam Perang Enam Hari di tahun 1967. Hingga kini pun masyarakat internasional menganggap ketiga wilayah itu (Jalur Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur), adalah jajahan Israel dan bukan wilayah sah negara zionis itu. Sejak Negara zionis Israel berdiri hingga saat ini, tidak ada satupun negara-negara di Timur-Tengah yang menjalin hubungan resmi dengannya. Satu-satunya mitra strategis mereka di kawasan itu adalah Turki, yang sekarang ini hubungannya dengan Israel cenderung memanas. Terutama setelah perang mulut antara presiden Israel, Simon Peres dengan PM Turki, Erdogan, di Forum Ekomi Dunia di Davos, Swiss yang diakhiri dengan aksi walk out dari PM Turki tersebut. Sebagai bentuk protes terhadap applaus yang diberikan peserta untuk pernyataan presiden Israel, Simon Peres yang mengatakan aksi militer Israel di Gaza adalah bentuk pembelaan diri. Walaupun sebenarnya di antara negara-negara Timur-Tengah juga ada yang menjalin hubungan dagang rahasia dengan negara zionis itu, intinya terlalu banyak konspirasi dan rahasia dibalik keberadaan Israel. Mungkin kebanyakan warga muslim dunia saat ini, terkesan dan kagum dengan ketegasan dan keberanian Ahmadinejad, presiden Iran dalam menentang hegemoni AS di Timur-Tengah dan kebiadaban Israel di Palestina (khususnya Gaza). Tapi mungkin tidak banyak yang mengetahui konspirasi antara Israel, AS dan Ayatullah Khomeini, dibalik pengeboman jet-jet tempur AU Israel terhadap reaktor nulir Irak di Osirak, pada tahun 1981. Ketika itu timbul kekhawatirkan Iran akan ‘mengekspor’ revolusinya, ke seluruh dunia, secara resmi AS bermusuhan dengan Iran dibawah rezim Khomeini, sehingga Paman Sam menyuplai persenjataan dan uranium ke Irak untuk menghambat ekspansi ideologi Iran (sebenarnya secara diam-diam, AS juga menyuplai senjata ke Iran). Kebanyakan Negara Timur-Tengah juga ikut menyuplai dana bagi Iraq, untuk membendung pengaruh Iran yang berkembang menjadi perang teluk I (1980-88).
Israel turut memberikan andil dalam perang Iraq-Iran, di dalam buku berjudul Treacherous Alliance: The Secret Dealings Of Israel, Iran and The U.S.(dalam edisi Indonesia, Aliansi yang Membingungkan: Kesepakatan Rahasia di Antara Israel, Iran dan AS). Dalam buku ini Trita Parsi (sang penulis) membeberkan adanya fakta yang terlupakan, bahwa sekitar awal 1980-an terjadi pertemuan rahasia di Tel Aviv antara pegawai senior Israel dan perwakilan Khomeini. Pada pertemuan itu Israel membeberkan rencananya menyerang reaktor nuklir Osirak, milik Iraq dan utusan Iran juga membeberkan detail lokasi keberadaan reaktor tersebut, termasuk kegagalan penyerangan mereka sebelumnya pada 30 November 1980. Kedua pihak mencapai kata sepakat dalam pertemuan itu, bahkan Iran juga mengijinkan jet-jet tempur Israel mendarat di Pangkalan Udara Tabris bila keadaan gawat. Akhirnya pada 7 Juni 1981, jet-jet tempur Israel terdiri dari delapan F 15 dan enam F 16, membobardir reaktor nuklir Osirak milik Irak dan kembali ke pangkalannya di Israel tanpa suatu kerugian apapun. Anehnya kesepakatan rahasia ini tidak banyak diketahui banyak pihak, mungkin karena perbedaan kepentinganlah yang membuat Iran saat ini cenderung memusuhi Israel, hal itu bisa dilihat dari pernyataan-pernyataan Ahmadinejad yang sangat anti-Israel dan AS.
Meskipun Israel sempat disegani Negara-negara di kawasan Timur-Tengah karena ketanggguhan militernya, yang dibuktikan dengan kemenangan-kemenangannya dalam tiga kali perang Arab-Israel (1948-1949, 1956 dan 1967). Pesona ketangguhan militer Israel sebenarnya mulai memudar dalam Perang Yom Kippur, atau umat Islam mengenangnya sebagai Perang Ramadhan 1973. Saat itu angkatan perang Mesir yang beraliansi dengan Suriah, berhasil memukul mundur militer Israel dari Sinai dan wilayah Suriah yang di duduki Israel. Tanpa adanya suplai senjata dari AS di saat menentukan, negara zionis itu sudah pasti kalah dari aliansi Mesir-Suriah, sebab saat itu korban di pihak Israel sudah mencai 2500 orang tentara. Tapi Israel masih bisa menjaga reputasi militernya, dengan invasi ke Libanon 1982 yang disokong milisi Phalangis (kelompok bersenjata Nasrani Libanon pro-Israel), milisi itu menjadi kepanjangan tangan Israel membantai warga muslim disana. Hal itu akhirnya memicu lahirnya gerakan Hizbullah, sebagai bentuk perlawanan terhadap invasi Israel, kelak dikemudian hari Hizbullah tercatat dalam sejarah sebagai sebuah gerakan Islam yang mampu mengusir Israel dua kali dari Libanon (penarikan mundur pasukan Israel dari libanon selatan, awal tahun 2000-an dan kekalahan memalukan Israel dalam perang selama Agustus 2006). Adanya hizbullah ternyata juga menginspirasi lahirnya Hamas di Palestina, yang juga menyulitkan Israel dan sama seperti halnya Hizbullah di Libanon, Israel gagal menumpas Hamas selama dua dasawarsa lebih sejak gerakan itu didirikan syeikh Ahmad Yassin pada 1987. Kondisi di Palestina khususnya gaza dan juga Libanon dalam satu dasawarsa terakhir, menunjukkan ketidakmampuan Israel dalam mengontrol wilayah pendudukannya (lebih tepatnya jajahan), dikarenakan dalam wilayah tersebut terutama di Tepi Barat masih sering terjadi aksi bom syahid dari anggota Hamas maupun Jihad islam. Gangguan-gangguan keamanan semacam itu di Israel, telah membuat warga Yahudi diluar Negara itu enggan untuk tinggal di Israel, karena mengkhawatirkan keselamatannya dan keluarganya.
Selama ini satu-satunya Negara yang menjadi sekutu Israel di Timur-Tengah adalah Turki. Namun sejak insiden walk out oleh PM Turki Erdogan pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss yang diperparah dengan penghinaan terhadap Dubes turki untuk Israel. Hubungan kedua Negara masih tegang hingga saat ini, bahkan PM Turki, recep tayyep Erdogan sendiri mendesak PBB untuk menjatuhkan sanksi kepada Israel, yang telah terbukti berkali-kali melanggar resolusi perdamaian dari PBB. Padahal ketika awal berdirinya Israel, para jenderal senior Turki menjalin kerjasama diam-diam dengan negara zionis itu, sementara secara resmi mereka menjalin hubungan diplomatik. Pada 1950-an hubungan kedua Negara berkembang menjadi kerjasama di bidang ekonomi dan militer. Hingga awal tahun 2000-an kedua negara masih sering mengadakan latihan militer bersama, sampai secara resmi dihentikan secara sepihak oleh PM Recep Tayyep Erdogan. Sedangkan Mesir yang meskipun bukan sekutu Israel, tetapi karena terikat perjanjian Camp David 1978, dimana Mesir harus meninggalkan politik konfrontasinya dengan Israel dan menghentikan bantuannya terhadap gerakan perlawanan Palestina (dengan imbalan dikembalikannya semenanjung Sinai). Sehingga menjadikan posisi Mesir ibarat kartu mati dalam percaturan politik Timur-Tengah, walaupun sebenarnya saat ini gelombang kebencian terhadap Israel dan rasa ketidakpuasan akan sikap pemerintah Mesir terhadap konflik Palestina, semakin meningkat. Hal itu dibuktikan dengan beberapa kali aksi massa yang mencapai ribuan orang, yang digalang oleh Ikhwanul Muslimin gerakan Islam terbesar di Mesir. Tidak menutup kemungkinan pula sikap Mesir terhadap Israel akan berubah dikemudian hari, dan tentunya itu akan semakin mengucilkan Israel di kawasan Timur-Tengah. Sementara Negara-negara lainnya di kawasan ini seperti, Iran, Suriah dan kemudian Libanon secara umum, mengambil sikap tegas mengutuk kebiadaban Israel dalam penembakan relawan kemanusiaan diatas kapal Mavi Marmara. Sedangkan di dalam negeripun tidak kurang kecaman yang datang dari media Israel. Media Yediot Aharonot mengatakan bahwa, aksi pasukan komando Israel di atas kapal Mavy Marmara tidal lebih dari aksi amatiran, karena pasukan penjaga perbatasan jauh lebih berpengalaman dalam mengusir orang-orang semacam para relawan itu.

Posisi Relawan Kemanusiaan
Tindakan para relawan kemanusiaan untuk Gaza, yang tergabung dalam armada ‘The Freedom Flotilla’, yang terdiri dari Sembilan buah kapal berbendera Turki, dapat dikatakan sebagai aksi heroik. Tanpa menghiraukan bahaya yang bakal dihadapi, mereka datang dari berbagai Negara di penjuru dunia. Secara ideologi dan kepercayaan mereka berbeda-beda, hanya satu hal yang menyatukan mereka, yaitu kemanusiaan. Demikian juga yang akhirnya memantik rasa simpati masyarakat internasional, kepada rombongan relawan kemanusiaan ini, rasa kemanusiaan telah menimbulkan solidaritas diantara mereka. Belum lagi mengenai nasionalisme, hak rakyat Palestina khususnya Gaza adalah memperoleh kemerdekaan, sebagaimana hak seluruh bangsa di dunia. Fakta ini menunjukkan bahwa, tragedi Gaza bukan lagi mengenai soal agama atau ideologi, melainkan sudah menyentuh ranah humanisme dan nasionalisme. Apalagi diantara relawan kemanusiaan yang menjadi korban, atau menjadi tawanan Israel bukan hanya dari Negara muslim saja, tetapi juga ada yang mantan diplomat karir AS dan anggota parlemen Jerman. Tidak ketinggalan pula Yunani juga turut menyumbangkan relawannya, bahkan diantara mereka juga ada yang di tahan Israel. Berkebalikan dengan fakta jika selama ini Yunani cenderung memusuhi negara muslim, seperti Turki. Namun fakta yang ada sekarang telah menunjukkan jika orang Yunani dan orang Turki, bisa berada dalam satu armada kapal relawan kemanusiaan. Demi tegaknya rasa kemanusiaan, semua pihak dari berbagai Negara bersedia mengesampingkan egosentrisme kebangsaan.
Fenomena dari peristiwa ‘Mavi Marmara’ cukup menarik untuk disimak. Kapal Mavi Marmara hanyalah salah satu dari Sembilan buah kapal di dalam armada kemanusiaan ‘The Freedom Flotilla, yang dengan kecepatan 15-20 Km/jam mendekati Gaza. Mereka adalah para relawan kemanusiaan yang berasal dari sekitar 50 negara, diperkirakan berjumlah sekitar 800 orang, dengan membawa barang-barang bantuan untuk warga Gaza. Namun ternyata di perairan dekat pelabuhan Ashdod, yang merupakan salah satu pintu masuk ke Gaza, telah menunggu pasukan Israel yang siap menghadang bahkan menembak iringan kapal bantuan dan memenjarakan penumpangnya. Akhirnya terjadilah yang dikhawatirkan pada senin (31 Mei) kemarin, dua anggota pasukan komando yang diterjunkan dari helikopter, berhadapan dengan para penumpang kapal Mavi Marmara yang bersenjatakan seadanya (kayu, kunci inggris, besi batangan, dll). Dua anggota pasukan komando yang tidak terbiasa menghalau orang dalam jumlah besar, terlihat kewalahan menghadapi ‘kegigihan’ para penumpang kapal, kemudian keluarlah perintah maut dari komandan mereka untuk mengeluarkan tembakan. Akibatnya Sembilan orang relawan tewas dan yang lainnya mengalami luka-luka serius, media Israel melaporkan 19 orang relawan tewas (jumlah korban masih simpang-siur sampai sekarang, semua info di sensor Israel). Peristiwa itu atau yang lebih pantas disebut tragedi kemanusiaan, adalah bukti sekali lagi dari kebiadaban Israel yang tidak pandang bulu dalam memilih korbannya. Kali ini bukan lagi Hamas, Hizbullah, maupun warga sipil Palestina, melainkan relawan bantuan kemanusiaan untuk Gaza yang tidak bersenjata (kecuali seadanya dan tidak berarti dibandingkan senjata pasukan komando) ikut menjadi korban kebiadaban dan kebrutalan pasukan Israel.
Meskipun kabar terbaru memberitakan bahwa Israel telah membebaskan sejumlah relawan, yang sebelumnya ditahan. Namun nasib mengenai relawan lainnya yang masih ditahan belum jelas. Apalagi baru-baru ini tepatnya kemarin (senin, 7 Juni 2010), dari sejumlah media tanah air (Ex: TV One, Metro TV, dll.) memberitakan pasukan keamanan Israel kembali menahan para relawan kemanusiaan. Kali ini dari kapal Rachel Corrie, hal ini menunjukkan jika aksi biadab dan brutal israel masih akan terus berlanjut dan tidak berhenti sampai disini. Karena sudah menjadi rahasia umum, jika Negara zionis itu menginginkan terlaksananya cita-cita ‘Israel Raya’ yang meliputi negara-negara sekitar sungai Euphrat dan sungai Nil. Kalaupun itu terlaksana, kemungkinan besar Israel tidak akan berhenti sebelum seluruh dunia ini mereka ‘telan’ habis.

Kesimpulan
Seandainya kita mencoba meng-komparasikan (membandingkan) carut-marut dan berbagai peristiwa politik dunia saat ini (isu terorisme internasional, al-Qaeda dan Jama’ah Islamiyyah; konflik etnis di Darfur, Sudan Selatan; pembatalan kunjungan Obama ke Indonesia, dll.) dengan tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza. Baik itu penindasan Israel terhadap warga Palestina, khususnya warga Gaza yang di blokade ekonominya, maupun berupa pembantaian relawan kemanusiaan Gaza di kapal Mavi Marmara. Di sini terdapat sebuah kecenderungan, bahwa sebenarnya semua konflik selain yang ada di Palestina, adalah turunan dari konflik yang ada di Palestina. Mungkin bagi sebagian orang asumsi ini terkesan mengada-ada, padahal sebenarnya fakta yang terjadi memang kurang lebih seperti itu. Karena jauh sebelum berdirinya Negara zionis Israel, telah ada Freemasonry, sebuah organisasi ‘bebas-rahasia’ bentukan Yahudi yang beranggotakan orang-orang non-Yahudi (kecuali di pucuk pimpinan) demi penyebaran gagasan zionisme. Hal ini dilakukan agar ada pendukung-pendukung gerakan zionisme, meskipun mereka berasal dari kalangan non-Yahudi. Jaringan yang dibangun orang-orang Freemasonry sangat rapi dan mampu menyesuaikan diri, dengan kondisi sosial-politik daru wilayah/negara yang mereka masuki. Sebagai contoh di Negara ini saja, beberapa tokoh bangsawan kraton Jawa (diantaranya Pakualam VIII) dan tokoh-tokoh pergerakan Boedi Oetomo (Dr. Soetomo, Dr. Wahidin Sudirohusodo), mereka semua adalah anggota-anggota dari Freemasonry Loge Mataram. Dalam setiap pertemuannya, di tempat yang di juluki ‘Rumah setan’ (karena sering terdengar nyanyian dengan bahasa yang asing bagi warga setempat), mereka selalu mengawalinya dengan pembacaan ayat-ayat dari Kitab Suci al-Qur’an. Alasan dari tokoh-tokoh ini masuk gerakan ini terdengar cukup aneh, yaitu bahwa Freemasonry cocok berkembang di wilayah-wilayah yang jiwa ke-Islamannya kurang, dengan kata lain mereka menganggap jika Freemasonry selaras dengan Islam Kejawen.
Terlepas dari tulisan ini terlihat cukup anti-semitis (anti ras Yahudi), sebenarnya tidak juga. Karena di sini yang ingin saya ungkapkan, adalah keburukan-keburukan dan kebiadaban zionis Israel, bukan ras Yahudinya. Apalagi orang-orang Yahudi yang tinggal di luar Israel sendiri, banyak yang tidak sepakat dengan pendirian Negara Israel maupun kebijakan-kebijakan politiknya. Bagaimanapun juga tidak bisa dipungkiri meskipun kekejaman zionis Israel, telah membuat citra bangsa Yahudi di dunia terpuruk, tetapi secara umum ras Yahudi memang dianugerahi kecerdasan otak yang tinggi oleh Allah SWT. Para banker kelas dunia macam George Soros, pengusaha sukses AS Donald Trump, sampai mantan PM Inggris D’Israeli dan pakar politik Edward Said, mereka semuanya berdarah Yahudi. Sedangkan yang menjadi musuh bersama (Public Enemy), masyarakat Internasional saat ini khususnya umat Islam, adalah Zionisme Internasional (Freemasonry dan organisasi-organisasi yang berada di bawah naungannya) sebagai kepanjangan tangan dari zionis Israel. Sebagai penutup saya sekedar mengingatkan bagi para pembaca tulisan ini, termasuk para pendukung zionis Israel, bahwa klaim ‘Tanah yang Dijanjikan’ sebagai dasar pendirian Negara Israel adalah hal yang kadaluwarsa. Karena dalam Kitab Suci Taurat sendiri telah menjelaskan, tentang kekurangajaran Yahudi dan “Rijsatul Kharab”, negeri najis perusak yang dikumpulkan untuk mendapatkan kutukan Tuhan.

Sumbersari, Tegalboto Kidul, Jember, Rabu 9 Juni 2010


Referensi:

Website
Israel dan Mesir Buka Blokade Gaza Setelah Serangan Mematikan. Http: Tempointeraktif.com- diakses tanggal 2 Juni 2010
Kasihan, Nyawa Abbas di Tangan Israel. Http: Indonesia.irib.ir-diakses tanggal 31 Mei 2010.
Kisah Keoknya Pasukan Komando Israel. Http: Tempointeraktif.com-diakses tanggal 2 Juni 2010
Sepuluh Relawan Gaza Akan Kembali ke Indonesia. Http: inilah.com-diakses tanggal 2 Juni 2010
Tehran: Maju Terus, Konvoi Flotilla!!! Http: Indonesia.irib.ir-diakses tanggal 31 Mei 2010.
Wawancara Tempo dengan Pemimpin Hamas, Mahmud Zahar, Soal Kekejaman Israel. Http: Tempointeraktif.com-diakses tanggal 2 Juni 2010.
WNI Relawan Gaza: Misi Belum Berakhir. Http: vivanews.com-diakses pada tanggal 3 Juni 2010.


Buku
Parsi, Trita. Treacherous Alliance: The Secret Dealings Of Israel, Iran and The U.S. (dalam edisi
Indonesia, Aliansi yang Membingungkan: Kesepakatan Rahasia di Antara Israel, Iran dan AS). Copyright @ 2007 by Yale University.
Al-Hawali, DR. Safar. Menanti Ajal Israel, Sebuah Tinjauan Dari Perspektif Ahli kitab. Solo:
Jazeera, 2005.
Copyright © 2010 MOSAG-Moslems Avant Garde | Design : Noyod.Com | Images: Moutonzare